Poyo Gili BMX Boy

Semalam kedatangan teman lama. Seorang yg dulunya sangat tergila-gila dengan olahraga extreme macam BMX Cross, Cross Country, dan sejenisnya.

Bercerita banyak hal...tentang bagaimana dia harus realistis dengan kenyataan bahwa dia harus secara "extreme" menurunkan standar 'harga diri' (baca: kesombongan yg fana),
Mencari nafkah tanpa bisa sedikitpun bisa memanfaatkan keahliannya..juga hal-hal formal "bersertifikat" lain yang di punyainya.
Bahwa di perjalanan waktu kehidupan, ada banyak hal yang harus di prioritaskan. Salah satunya adalah tanggungjawab sebagai seorang suami, ayah dan juga anak lelaki yang punya tanggungjawab terhadap ibunya yg memilih ikut dengannya.
#Respect.
Mengingat bagaimana dulu dia begitu terobsesi dengan kecepatan, tingginya loncatan sepeda dan indahnya acrobatic roda dua yang di kuasainya.
Berkeliling dunia impiannya, bersama gadis-gadis cantik yang juga pembalap-berikut para gadis payungnya.

Tapi Allah memang punya rencana sendiri ya...
Begitu ajaibnya seorang petualang bisa begitu ikhlas jadi anak pesantren kemudian menikah dan punya anak juga merawat ibunya dengan penuh kasih sayang.
Walau masih ada sedikit rasa ingin sedikit gila lagi denganku, menyusuri perbukitan bertebing curam lagi...atau berdiri satu kaki di atas jok dengan tangan terlepas dan mata tertutup menuruni jalan sekencang mungkin menantang mobil yang ada berlawanan... Kau tahu, setiap saat bisa saja Kau mati terlindas atau terluka jatuh ke got.
Free Style my man....  tersenyum dia.
Aku cuma bilang: "sudahlah, itu bukan milik kita lagi...kau hanya membuat semua terluka lagi nanti..."

Akhirnya ada kesepakatan untuk kita realistis saja... Bahwa itu semua memang menyenangkan..tapi itu hanya bagian dari episode kehidupan kita.
Ada hal-hal berskala prioritas dalam hidup ini. Tanggungjawab sebagai Muslim yang mukmin, dunia akhirat.
"Apabila kesenangan yang selalu kudapat, maka semua hakikat apakah akan selalu terlihat?"
#cut !

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu" QS. Al-Baqarah: 216.

Banyak hal-hal lainnya yg menyenangkan untuk di bahas sebenarnya, tapi angin malam menyakitiku semalam... ku berangkat tidur saja kawan...
Selamat tinggal dunia,
Jiwaku yang menguasai sesuatu telah pergi...
Maka, bagaimana mungkin aku menangisi sesuatu jika ia telah pergi?